Ini pantai belum begitu terkenal. Terletak di Desa Karduluk, Kecamatan
Pragaan, Kabupaten Sumenep. Karduluk dikenal sebagai kota ukir. Ukiran
hasil karya pengrajin Karduluk sama terkenalnya dengan Jepara dan Bali.
Banyak produk furnitur di Jawa yang berasal dari desa ini.
Pantai
Batu Sulung ini adalah pantai yang -bisa dibilang- masih 'perawan'.
Belum ada upaya dari pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan
pantai ini menjadi pantai wisata, padahal dilihat dari keindahannya
sungguh tidak kalah memikat dari pantai wisata di Madura lainnya.
Pesona
pantai Batu Sulung adalah pada hamparan batu cadasnya yang kurang lebih
sepanjang 1 km. tidak ada pasir. Yang ada hanya batu cadas dan
batu-batu kecil. Di ujung barat pantai ini ada sebuah batu besar, yang
bagi sebagian besar orang setempat, dikenal cukup keramat. Di batu
tersebut, konon, ada mahluk halus yang menghuni. Konon pula, ada sebuah
kuburan tua di sana. Tapi ketika pertama kali saya kesana tahun 1996,
kuburan tersebut memang sudah tidak ada.
landhep semmo
Jumat, 13 April 2012
Pantai Talangsiring
Jika anda berkendara dari kota Pamekasan ke arah Sumenep, maka dalam 25 menit
anda akan sampai di tempat wisata ini. Ia tidak luas, hanya sekitar 900 meter persegi.
Diantara beberapa pantai wisata di Madura, pantai Talangsiring adalah yang
paling kecil. Namun demikian pengunjungnya cukup ramai (walaupun hanya dari
warga sekitar) mengingat aksesnya yang sangat mudah, yaitu tepat di pinggir
jalan raya Pamekasan-Sumenep km 14.
Pada awalnya (tahun 1980-an) pantai ini sangat indah, dimana arena
bermain keluarga (seperti kursi ayun, tangga luncur, gazebo, balai dan lantai
senam) sangat terawat. Namun sejak tahun 1995-an fasilitas tersebut sudah
terabaikan. Fasilitas umum seperti toilet sudah tidak berfungsi lagi.
Talangsiring saat ini hanya menjadi tempat berteduh dan mengaso orang dari
perjalanan, atau tempat menikmati rujak cingur khas Talang.
Budayawan: Pendidikan "Landhep Semu" Nyaris Punah
Pamekasan - Budayawan Pamekasan, Mukrim, mengatakan, pola pendidikan
"landhep semu" di kalangan masyarakat Madura, kini sudah nyaris punah
dan jarang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Sudah sangat jarang, bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada para orang tua saat ini mendidik anak-anaknya dengan menggunakan pola ini," kata Mukrim kepada ANTARA, di Pamekasan, Minggu.
Pola pendidikan "landhep semu" merupakan pola pendidikan yang diterapkan para orang tua di Madura pada jaman dahulu dengan cara menyampaikan menggunakan bahasa semu atau serupa kiasan.
Dalam teori ilmu pendidikan modern yang mengedepankan pemahaman yang lebih cepat, pola pendidikan seperti itu memang sulit untuk berkembang.
"Landhep" merupakan bahasa Madura berarti bersikap rendah, tidak congkak dan atau santun, sedang "semu" berarti samar, tidak jelas dan bisa pula bermakna kiasan.
Artinya, pendidikan "landhep semu" ini merupakan pola pendidikan atau wejangan yang disampaikan guru kepada murid atau orang tua kepada anak secara semu, tidak langsung atau berbentuk kiasan.
"Sudah sangat jarang, bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada para orang tua saat ini mendidik anak-anaknya dengan menggunakan pola ini," kata Mukrim kepada ANTARA, di Pamekasan, Minggu.
Pola pendidikan "landhep semu" merupakan pola pendidikan yang diterapkan para orang tua di Madura pada jaman dahulu dengan cara menyampaikan menggunakan bahasa semu atau serupa kiasan.
Dalam teori ilmu pendidikan modern yang mengedepankan pemahaman yang lebih cepat, pola pendidikan seperti itu memang sulit untuk berkembang.
"Landhep" merupakan bahasa Madura berarti bersikap rendah, tidak congkak dan atau santun, sedang "semu" berarti samar, tidak jelas dan bisa pula bermakna kiasan.
Artinya, pendidikan "landhep semu" ini merupakan pola pendidikan atau wejangan yang disampaikan guru kepada murid atau orang tua kepada anak secara semu, tidak langsung atau berbentuk kiasan.
Rabu, 11 April 2012
Ketika Orang Madura Malu Berbahasa Madura
Oleh Abd. Aziz
"Sama sekali tidak ada temuan yang membuat kita optimistis bahwa bahasa Madura akan dapat bertahan. Pasalnya, bahasa ini dicitrakan sebagai lambang dari keterbelakangan dan kegagalan," demikian dinyatakan dosen Fakultas Sastra Universitas Jember Akhmad Sofyan.
Pernyataan bernada pesimis itu tertuang dalam sebuah makalah berjudul "Bahasa Madura: Antara Harapan dan Kenyataan" yang disampaikan pada Kongres I Bahasa Madura di Kabupaten Pamekasan, 15-18 Desember 2008.
Tesis pemerhati Bahasa Madura itu berdasarkan penelitian yang ia lakukan pada tahun 1992 mengenai sikap Bahasa Madura etnik Madura yang tinggal di luar Pulau Garam di Jawa Timur, termasuk sebagian warga Madura yang memang tinggal di Madura.
Yang lebih memprihatinkan, kata Akhmad Sofyan, justru sikap malu berbahasa Madura terjadi pada kelompok muda terpelajar yang harusnya memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Madura.
Kalaupun Bahasa Madura dipergunakan sebagai alat komunikasi, itu hanya terbatas di ranah domestik, dan jika mereka berkomunikasi di ruang publik maka yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.
"Sama sekali tidak ada temuan yang membuat kita optimistis bahwa bahasa Madura akan dapat bertahan. Pasalnya, bahasa ini dicitrakan sebagai lambang dari keterbelakangan dan kegagalan," demikian dinyatakan dosen Fakultas Sastra Universitas Jember Akhmad Sofyan.
Pernyataan bernada pesimis itu tertuang dalam sebuah makalah berjudul "Bahasa Madura: Antara Harapan dan Kenyataan" yang disampaikan pada Kongres I Bahasa Madura di Kabupaten Pamekasan, 15-18 Desember 2008.
Tesis pemerhati Bahasa Madura itu berdasarkan penelitian yang ia lakukan pada tahun 1992 mengenai sikap Bahasa Madura etnik Madura yang tinggal di luar Pulau Garam di Jawa Timur, termasuk sebagian warga Madura yang memang tinggal di Madura.
Yang lebih memprihatinkan, kata Akhmad Sofyan, justru sikap malu berbahasa Madura terjadi pada kelompok muda terpelajar yang harusnya memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Madura.
Kalaupun Bahasa Madura dipergunakan sebagai alat komunikasi, itu hanya terbatas di ranah domestik, dan jika mereka berkomunikasi di ruang publik maka yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.
Penyiksaan Dalam Karapan Sapi Haram
Pamekasan - Tokoh ulama Madura K.H. Munif Sayuti menyatakan, penyiksaan
terhadap hewan dalam karapan sapi hukumnya haram dan perlu dihentikan.
Pernyataan ini disampaikan K.H. Munif menyusul masih adanya penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi yang digelar di stadion Soenarto Hadiwdjojo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu.
Menurut hukum Islam, kata Munif, penyiksaan dalam bentuk apapun dan terhadap hewan sekalipun, sebagaimana terjadi pada pelaksanaan karapan sapi di Madura.
"Itu sangat menyimpang dari hukum Islam, dan hukumnya haram," kata Munif Sayuti kepada ANTARA.
Munif yang juga ketua Front Pembela Islam (FPI) Pamekasan ini juga menyatakan mendukung gagasan tokoh muda dan sejumlah tokoh tua Madura lainnya yang menginginkan agar penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi, seperti memukul dengan paku dan berbagai jenis penyiksaan lainnya yang selama ini biasa dilakukan hendaknya dihapus.
Caranya, kata Munif, pemerintah daerah harus mengeluarkan kebijakan melarang peserta karapan sapi melakukan penyiksaan. "Atau menganggap kalah pasangan sapi karapan yang menggunakan kekerasan, meski sapinya terlebih dahulu sampai ke garis finis," katanya.
Pernyataan ini disampaikan K.H. Munif menyusul masih adanya penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi yang digelar di stadion Soenarto Hadiwdjojo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu.
Menurut hukum Islam, kata Munif, penyiksaan dalam bentuk apapun dan terhadap hewan sekalipun, sebagaimana terjadi pada pelaksanaan karapan sapi di Madura.
"Itu sangat menyimpang dari hukum Islam, dan hukumnya haram," kata Munif Sayuti kepada ANTARA.
Munif yang juga ketua Front Pembela Islam (FPI) Pamekasan ini juga menyatakan mendukung gagasan tokoh muda dan sejumlah tokoh tua Madura lainnya yang menginginkan agar penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi, seperti memukul dengan paku dan berbagai jenis penyiksaan lainnya yang selama ini biasa dilakukan hendaknya dihapus.
Caranya, kata Munif, pemerintah daerah harus mengeluarkan kebijakan melarang peserta karapan sapi melakukan penyiksaan. "Atau menganggap kalah pasangan sapi karapan yang menggunakan kekerasan, meski sapinya terlebih dahulu sampai ke garis finis," katanya.
Kerapan sapi
Karapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap
tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada
final di akhir bulan September atau October.
Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi.
Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit. Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya.
Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.
Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi.
Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit. Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya.
Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.
Pantai Jumiang
Pantai Jumiang, terletak di Desa Tanjung Kecamatan Pademawu Kabupaten
Pamekasan berjarak sekitar 12 Km arah tenggara dari Kota Pamekasan,
dengan kondisi jalan aspal yang bagus dan dapat ditempuh dengan sarana
transportasi umum maupun kendaraan pribadi.
Pantai Jumiang, berbeda dengan beberapa pantai di Pamekasan lainnya, karena Terletak di dataran tinggi dan bertebing.
Pantai Jumiang sangat digemari oleh muda mudi yang ingin melewatkan waktu dengan sahabat dan kekasih mereka, juga sebagai ajang untuk berfoto ria. Karena lokasi pantai ini memiliki pemandangan yang indah denga pepohonan yang rindang dan suasana yang sejuk.
Pantai Jumiang akan semakin ramai dikunjungi saat Lebaran tiba, dan di sepanjang perjalanan pengunjung akan disuguhi pemandangan ladang tambak Garam yang indah dan nuansa yang berbeda dari kebanyakan pantai.
Pantai Jumiang, berbeda dengan beberapa pantai di Pamekasan lainnya, karena Terletak di dataran tinggi dan bertebing.
Pantai Jumiang sangat digemari oleh muda mudi yang ingin melewatkan waktu dengan sahabat dan kekasih mereka, juga sebagai ajang untuk berfoto ria. Karena lokasi pantai ini memiliki pemandangan yang indah denga pepohonan yang rindang dan suasana yang sejuk.
Pantai Jumiang akan semakin ramai dikunjungi saat Lebaran tiba, dan di sepanjang perjalanan pengunjung akan disuguhi pemandangan ladang tambak Garam yang indah dan nuansa yang berbeda dari kebanyakan pantai.
Langganan:
Postingan (Atom)